Tampilkan postingan dengan label hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hikmah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 Juni 2013

Tips Menghadapi Fitnah, Kebohongan dan Kebencian

Pernah satu kantor dengan orang yang sangat menyebalkan? Sering mencari-cari kesalahan anda? Mempersulit pekerjaan anda? Sok pintar padahal bego kayak kebo? 

Orang bodoh pasti akan merasa terancam saat ada karyawan baru di kantornya yang ‘lebih’ dari dia. Lebih tinggi gajinya. Lebih tinggi posisinya. Lebih tinggi pendidikannya. Lebih ini. Lebih itu.

Pada awalnya, di depan anda, ia akan pura-pura terbuka dan ramah pada anda. Tapi di belakang, dia akan mulai menggunjing dan menjelek-jelekkan anda di depan karyawan lain, seolah-olah anda benar-benar tidak becus.  Lalu jika anda menentangnya, dia akan melakukan apapun untuk menjatuhkan anda. Jika perlu dengan memfitnah dan berbohong, serta mempersulit pekerjaan anda. Jangan kaget jika anda nyaris terjungkal karena kursi yang sedang anda duduki  didorongnya dengan kasar, misalnya.

Karena ulahnya, mungkin anda akan mengalami  banyak masalah. Mungkin anda akan mengalami kesulitan untuk bisa mengakses fasilitas kantor karena dia melakukan ‘blokade’. Mungkin anda akan kesulitan mendapatkan berkas-berkas yang anda butuhkan untuk menyusun laporan. Mungkin anda akan dijauhi teman-teman anda karena fitnah yang ia tebarkan. Dan mungkin juga sahabat anda akan menjaga jarak dengan anda karena kalian telah diadu domba.

Jika anda ‘diserang’ seperti itu, yang perlu dilakukan, pertama, jangan khawatir dan jangan takut.Jangan terburu-buru untuk memilih resign, karena jika anda menyerah, itu berarti anda berjiwa kerdil dan tak tahan uji....  Percayalah, semua itu hanya sementara. Karena sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Begitulah janji Allah dalam Surat Alam Nasyrah. Dan janji Allah adalah benar.  

Jangan risau atas segala fitnah dan kebohongan yang ia ciptakan. Karena hanya orang munafik yang gemar menyebarkan fitnah. Hanya orang munafik yang gemar berbohong. Dan hanya orang munafik yang menyerang dari belakang. Dan orang munafik akan berakhir mengerikan.

Kedua, lakukan segala sesuatu dengan haq (benar). Tetap fokus pada pekerjaan anda. Dan tangkis segala fitnah dan kebohongannya dengan cara yang benar. Misal, jika anda difitnah sebagai seorang yang jahat dan layak untuk dijauhi, maka tetaplah bersikap baik dan ramah pada semua orang. Maka pelan-pelan, segala fitnah dan kebohongannya akan terbongkar. 

Saat kebenaran terungkap, kebohongannya terbongkar, dan fitnahnya terbukti tidak benar, maka apa yang akan terjadi? Mungkin dia akan sadar, menyesal, dan minta maaf pada anda…. 

(Image from Google)
Namun jika dia orang yang ‘bebal’ dan ‘pekak’ telinganya, maka dia tidak akan merasa malu. Mungkin ia justru akan menciptakan fitnah dan kebohongan yang lebih besar untuk menjatuhkan anda. Dan kebenciannya pada anda akan semakin menjadi. Jika itu terjadi, maka anda jangan balas membencinya. Jangan biarkan penyakit hati muncul dan bersarang di hati anda. Rugi, jika hati anda menjadi kotor hanya karena orang seperti dia.

Jika dia membenci anda, biarkan saja dia membenci. Karena jika dia begitu membenci anda, itu berarti dia begitu terpaku pada sosok dan segala sesuatu tentang anda. Itu berarti pula, dalam hatinya yang paling dalam, dia mengakui kelebihan anda, hingga mencari cara untuk menjatuhkan anda.

Namun hal yang perlu diingat, bahwa tidak ada yang bisa menjatuhkan orang yang telah diangkat derajatnya oleh Allah, dan tidak ada yang bisa mengangkat orang yang telah direndahkan derajatnya oleh Allah.

Rabu, 27 Maret 2013

Alam Kubur (Barzakh)

(Image from Google)
Saat seseorang telah mengalami kematian, yakni berpisahnya ruh dari tubuhnya, maka ia akan berada di alam kubur (barzakh). Dan alam kubur adalah salah satu fase yang harus dialami setiap ruh manusia. 

Sayid Sabiq dalam Al-Aqaidul Islamiyah menyatakan bahwa alam kubur adalah lebih luas daripada alam dunia. Perbandingan antara alam barzakh dengan alam dunia sekarang ini adalah sebagaimana perbandingan antara alam dunia sekarang ini dengan alam kandungan ibu.

Selama seseorang berada dalam alam kubur, maka ia akan merasakan berbagai macam ikhwal kubur. Mulai dari pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, sampai pada siksa dan kenikmatan kubur. Maka benarlah kalau dikatakan bahwa kubur itu akan menjadi suatu pertamanan dari pertamanan-pertamanan surga, atau suatu lubang dari lubang-lubang neraka. Jika seseorang bisa selamat dari siksa kubur, maka kehidupan berikutnya akan lebih mudah baginya. 

Al-Ghazzali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa kubur dapat berkata kepada si mayit. Rasulullah bersabda: Kubur itu berkata kepada si mayit ketika mayat itu dimasukkan ke dalamnya: ‘Kasihan engkau wahai anak Adam! Apakah yang memperdayakan engkau dengan aku? Apakah engkau tidak tahu, bahwa aku ini rumah fitnah, rumah gelap, rumah terpencil, dan rumah ulat? Apakah yang memperdayakan engkau dengan aku, karena engkau melewati aku dengan sikap fadz-dzadz, yakni maju selangkah dan mundur selangkah (sikap ragu-ragu)’.

Dari  Abdullah bin Ubaid bin Umair. Rasulullah bersabda: Bahwasanya mayat itu duduk dan ia mendengar langkah pengunjungnya. Maka tiada sesuatu yang berkata kepada mayat selain kuburnya yang berbicara: ‘Kasihan engkau wahai anak Adam! Bukankah engkau telah diperingatkan tentang aku, sempitku, huru-haraku dan ulatku? Maka apakah yang anda persiapkan untukku?’

Ya, apakah yang telah kita persiapkan untuk tinggal di alam kubur nanti? Apakah kubur kita nanti akan berupa suatu pertamanan dari pertamanan-pertamanan surga? Ataukah suatu lubang dari lubang-lubang neraka?

Jumat, 15 Februari 2013

Sebab Turunnya (Asbabun-Nuzul) Surat Al-Ikhlas

Surat Al-Ikhlash diturunkan untuk menjawab sebuah pertanyaan. Berikut ini adalah asbabun-nuzul (sebab turunnya) Surat Al-Ikhlash

Dakwah Rasulullah di Mekkah mendapat banyak sekali tantangan, termasuk ancaman pembunuhan.  Saat Rasulluhah berhasil keluar dari Mekkah dalam perjalanan hijrahnya ke Madinah, ancaman pembunuhan pun masih tetap ada. 

Kaum kafir Quraisy mengadakan pertemuan di Darun Dadwah untuk menangkap Rasulullah dan membawa ke hadapan mereka. Lalu mereka sepakat bahwa siapapun yang berhasil menangkap Muhammad, hidup atau mati, akan diberi hadiah 100 unta merah, 100 jariyah dari Rum, dan 100 kuda Arab. Lalu seorang laki-laki bernama Suroqoh menyatakan kesediaannya.

Singkatnya, Suroqoh dengan berhasil mengejar Rasulullah yang dalam perjalanan ke Madinah. Sebenarnya Malaikat Jibril telah turun dan berkata pada Rasulullah,”Wahai Rasulullah, Allah telah menundukkan bumi ini untuk mentaati perintahmu.”

Maka saat Suroqoh tepat berada di belakang Rasulullah sambil menghunus pedangnya, tiba-tiba ia terjatuh, dan terperosok ke dalam bumi. Sementara itu Rasulullah pura-pura tidak tahu dan melanjutkan perjalanan.

Lalu Suroqoh memanggil,”Hai Muhammad, tolonglah aku. Aku tidak akan membunuhmu. Marilah kita berdamai.”

Rasulullah pun menolong Suroqoh. Namun setelah selamat, Suroqoh malah kembali menghunuskan pedangnya dan hendak menikam Rasulullah. Saat ujung pedang Suroqoh hamper mengenai kulit Rasulullah, tiba-tiba Suroqoh kembali terperosok ke dalam bumi untuk kedua kalinya.

Suroqoh pun kembali berteriak meminta tolong kepada Rasulullah. Dan Rasulullah pun menolongnya lagi. Setelah selamat, Suroqoh pun mendekat dan bersimpuh di hadapan unta yang dikendarai Rasulullah, seraya berkata,”Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang Tuhanmu. Sekiranya Dia memiliki kekuasaan sehebat itu, apakah Tuhanmu itu terbuat dari emas ataukah perak?

Rasulullah pun menundukkan kepalanya. Dan Malaikat Jibril pun datang membawa wahyu, yakni Surat Al-Ikhlas sebagai jawaban atas pertanyaan Suroqoh.

Katakanlah (wahai Muhammad):  Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlash:1-4)


Rabu, 13 Februari 2013

Allah Mengembalikan Nyawa Bapak Saya

(Artikel ini pernah saya publish di blog lama saya yang telah terhapus. Artikel ini berisi kejadian yang sangat berarti untuk saya. Bukan hanya karena pengalaman pribadi, namun juga bisa mengingatkan saya untuk senantiasa bersyukur pada Dzat Yang Maha Pemurah. Untuk itulah saya posting ulang di sini. Smoga bermanfaat!

Selasa kemarin adalah hari yang mungkin tidak akan pernah saya lupakan. Hari dimana Sang Penguasa Dunia dan Akhirat menunjukkan kebesaran-Nya dan juga cinta-Nya. Yakni saat Sang Khalik mengembalikan nyawa bapak saya ke tubuhnya.

Pagi itu, sekitar pukul 9an, saya berada di kamar, duduk di depan komputer. Saat sedang asyik browsing internet, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh yang sangat keras. Bukk!!..Thakk!!.. 

Spontan saya keluar kamar untuk melihat apa yang jatuh. Di depan kamarnya, bapak saya tergeletak, telentang di lantai. Bapak terjatuh. Dia berusaha bangun tapi tidak bisa. Bahkan mengangkat kepalanya pun tidak bisa. Tangannya masih bergerak, berusaha menggapai. Karena dia masih bergerak, maka saya berniat keluar rumah mencari pertolongan. Namun baru beberapa langkah hendak kaluar, saya melihat bapak semakin mengkhawatirkan. Saya takut terlambat. Maka saya kembali ke bapak setelah berteriak keras minta tolong.

Laki-laki yang dulu begitu gagah dengan seragam dinasnya itu begitu tak berdaya. Tergeletak di lantai yang dingin tanpa saya bisa mengangkatnya. Saya ingin meletakkan kepalanya di pangkuan saya tapi saya takut lehernya patah karena posisi jatuhnya. Matanya mengerjap, melihat ke atas. Mulutnya bergerak seperti mengatakan sesuatu entah apa. Saya hanya bisa bersimpuh di dekat kepalanya. 

Lalu nafasnya mulai tersengal. Matanya masih terbuka dan ia mengeluarkan suara seperti mendengkur yang tidak biasa. Dengkuran itu semakin jelas. Hati saya hancur. Apakah bapak sedang menghadapi sakaratul maut?... Ini waktunya?... Tanpa pikir apapun segera saya bisikkan lafadz ‘Laa ilaaha illallah’ berkali-kali di telinganya. Sampai para tetangga berdatangan mencoba memberi pertolongan pertama, kalimat itu terus saya bisikkan. 

“Kok iso ngene iki mau piye (kok bisa seperti ini tadi kenapa)?” tanya seorang tetangga yang tidak saya jawab karena mulut saya terus membisikkan kalimat tauhid itu ke telinga bapak. Terus-terusan. Saya hanya ingin menuntunnya seperti ketika ia menuntun saya sewaktu kecil, membaca bacaan-bacaan doa sehari-sehari. Seperti ketika dulu ia mengenalkan saya pada huruf Hijaiyah…. 

Saya tahu saya tak akan bisa menghalangi Malaikat Maut yang sedang menjalankan perintah Sang Pemilik Kehidupan. Namun jika itu terjadi, saya ingin semuanya berakhir dengan khusnul khotimah. Jangan sampai bapak diperdaya syaitan di saat-saat kritisnya. Karena saat seseorang mengalami sakaratul maut, syaitan mengerumuninya dalam berbagai bentuk dan cara untuk menyesatkan manusia di akhir hidupnya. 

Lalu ia menutup mata dan mulut nya pun diam. Suara dengkuran itu tak terdengar lagi. Bapak diam. Benar-benar diam. Nafasnya hilang. Saya tidak peduli, kalimat tauhid itu terus saya bisikkan. Semakin keras. Dan kencang…. Sementara ibu mencoba merangsangnya dengan minyak gosok aroma therapy dan beberapa orang tetangga memijit titik-titik refleksi di kakinya. 

Melihatnya diam kaku, dalam hati saya pasrah walau tak siap. Kalimat ‘Laa ilaaha illallah’ terus saja saya bisikkan sambil membelai wajahnya, persis seperti yang biasa ia lakukan jika saya menangis waktu kecil. Laa ilaaha illallah… Laa ilaaha illallah….Laa ilaaha illallah…

Lalu keajaiban seakan terjadi. Bapak mulai bereaksi. Ia mulai bernafas. Lalu matanya membuka. Pelan-pelan dia mulai sadar. Dia bisa bangun, menggerakkan tangan dan kakinya dengan sempurna. Allah Yang Maha Cinta telah mengembalikannya kepada kami. “Ono opo?” Tanya bapak setelah sadar.
Lalu seorang tetangga yang kebetulan adalah seorang dokter koas datang dan memeriksa ayah. Tensi 190…. Lalu sekitar 15 menit kemudian, dicek tensi menjadi 160. Sorenya saat diperiksa rumah sakit Bethesda, tekanan darahnya telah normal. 130. Dokter bilang tidak apa-apa.

Terus terang, saya tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Namun apapun itu, tiada hentinya rasa syukur itu saya ucapkan. Subhanallah…. Allahu Akbar. Betapa Maha Besar Allah. Jika Dia hendak mengambil nyawa seseorang, maka itu mudah bagi-Nya. Dan jika Dia berkehendak, Dia dengan mudah pula mengembalikan nyawa ke tubuh hambaNya. Dan inilah bukti kebesaranNya. Dan juga kasih sayang-Nya kepada kami. Maka sungguh kami adalah orang-orang yang merugi jika tidak mensyukuri nikmat yang luar biasa ini.

“Maka nikmat yang manakah dari Tuhan kamu yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman:13)

(Image from Google)